Saturday, 24 October 2015

Hukum Udara & RuangAngkasa

Resume Seminar Nasional
Pelayanan Navigasi Penerbangan / Flight Information Region (FIR) Di Ruang Udara Wilayah Negara Berdaulat




1.       AspekKebijakanPemerintahtentangPelayananNavigasiPenerbangan / Flight Information Region (FIR)
Oleh Ir. Santoso Eddy Wibowo( SekretarisJenderalPerhubungan)

A.       Pendahuluan
FIR (Flight Information Region) adalahsuaturuangudara yang ditetapkandimensinya, dimanadidalamnyadiberikan Flight Information Service danAlerting Service. Batas FIR diajukanpadapertemuan Regional Air Navigation untukkemudianditetapkanoleh ICAO.
Batas FIR tidakselalusamadenganbatas territorial suatunegara.
Luas FIR Indonesia : 2.219.629 NM² &LuasTeritori Indonesia : 1.476.039 NM²

B.       Kronologis
-          RAN I Tahun 1973 di Honohulu
RuangudaradiataskepulauanNatunadan Riau ruangudaradiataskepulauanNatunadibagimenjadi 3 sektoryaknisektor :
·         Sektor A dilayaniolehSingapura
·         Sektor B dilayanioleh :
- Singapura (Ketinggiandiatas 20.000 kaki)
- Malaysia ( Ketinggiandibawah 20.000 kaki)
o   Sektor C dilayaniolehSingapura
-          RAN II Tahun 1983 di Singapura
Indonesia berupayamengubahposisihasilkesepakatan RAN I tetapibelumberhasil
-          RAN Tahun 1993 III di Bangkok
Indonesia mengajukan proposal tentangpengembanganpelayanannavigasipenerbangandiataskepulauanNatuna (TMA Natuna) melalui working paper No.55

C.      Permasalahan
-          PatroliPenegakanHukum : TNI AL harusmendapatijindariSingapura agar dapatmelintasi/berlayardidalam area yang didelegasikankepadaSingapura.
-          Air Traffic Control Clearance : Pesawat (Sipil,militer) yang akanmelaluiruangudaratersebutharusmendapat clearance dari ATC Singapura

D.      TindakLanjutPemerintah RI
-          DenganPihakSingapura :
o   Mengkajiulang LOA antarapemerintah Indonesia danSingapuratentangpengelolaanruangudaradiataskepulauanNatuna.
o   Menindaklanjutikesepakatan data batasanterluarwilayahsektor B, disesuaikandengan PP RI No.37 Tahun 2008 TentangDaftarKoordinatGeografisTitik-TitikGarisPangkalKepulauan Indonesia.
o   Menambah Batas Ketinggiandiatas Aerodrome Traffic Zone Batam
o   Menataulangpengelolaanwilayahruangudarasektor A, B, C
o   Penempatanpersonil ATC Indonesia di ACC Singapore sertapenempatanpersonil management di CAA Singapore
o   Pengembanganruangudara Approach Control Service olehTanjung Pinang disekitarNatuna

-          DenganPihak Malaysia
o   Mengusulkan alternative untukpembahasanselanjutnya, antara lain :
o   Indonesia mengelolaruangudara area sektor B secarakeseluruhanatausebagian
o   Indonesia memberikankebebasanpembayaranjasapelayanannavigasipenerbanganbagipesawatterbang Malaysia
o   Pembahasandankesepakatanbatas-batasnegara RI denganSingapuradan Filipina telahselesai, namundengan Malaysia belumselesai.
o   Pembuatankoridorudarauntukmengakomodirhaklintasbagipesawatudara Malaysia.

E.       TinjauanHukum
-          Undang-Undang No.1 Tahun 2009 tentangPenerbangan, Pasal 498.
-          Undang-Undang No.1 Tahun 1983 tentangPengesahanPerjanjianAntaraRepublik Indonesia dann Malaysia TentangRejimHukum Negara Nusantara danHak-Hak Malaysia Di LautTeritorial Dan Perairan Nusantara Serta RuangUdaraDiatasLautTeritorial, Perairan Nusantara Dan Wilayah Republik Indonesia Yang Terletak Di Antara Malaysia Timurdan Malaysia Barat
-          PP No. 37 Tahun 2008 TentangPerubahanAtas PP o. 38 Tahun 2002 TentangDaftarKoordinatGeografisTitik-TitikGarisPangkalKepulauan Indonesia
-          ICAO Annex 11 Air Traffic Services

 


2.       AspekKelayakandanTeknisOperasionalPelayananNavigasiPenerbanganDiatasPulauNatuna
Oleh : Prof. Dr. H. K Martono SH LLM McSc

o   DasarHukumPengambilanalih FIR diatasPulauNatuna
Indonesia berhakmengambilalihpengawasan FIR di atasPulauNatunaberdasarkan :

A.       Pasal 1,2, dan 28 Konvensi Chicago Tahun 1944
B.       RekomendasidalamPasal 1.1 Annex Konvensi Chicago 1944
C.      Pasal 4 dan 22 UU RI No.15 tahun 1992
D.      UU RI No. 1 Tahun 2009
E.       Pasal 2 UNCLOS yang telahdiratifikasioleh Indonesia berdasarlan UU RI No. 17 Tahun 1985
F.       Pasal 3 UNCLOS
G.      UU NO.1 Tahun 2009

Indonesia berhakmengambilkembali FIR diataspulauNatuna

o   KronologiPengambilAlihan FIR
1.       Penerbang TNI-AU argumentasidengan ATC Singapura
2.       Pejabat TNI-AU perintahkanambilalih, karenaterbangdiwilayahsendiridiawasinegara lain
3.       Langkah-langkahdimulaiJuli 1992, Mei 1993 disampaikan di RAN Meeting di Bangkok
Keputusannya, agar diselesaikansecara bilateral, kemudiandilaporkankepada RAN meeting berikutnya.

ü  LangkahDiplomatik
-          Indonesia mengirim DELRI ke Asia Pasific Third RAN Meeting di Bangkok bulan Mei 1993
Keputusannya agar diselesaikansecara bilateral danndilaporkanpada RAN Meeting berikutnya
-          Padatataranoperasional, Indonesia maupunSingapurasalingmengunjungi.

ü  LangkahTeknis
-          Indonesia telahmenyiapkanperangkatkerasuntukmelayani FIR seperti PSR dan SSR di Tanjung Pinang, PSR (long range di Pontianak), SSR di Natuna, ER-VHF air ground and VSAT to transport data from all facilities. Kemudiansecaraberturut-turutdilakukanpembahasanpadabulanDesember 1993 danberakhirbulanFebruari 1994.
-          Kesepakatam FIR Zona A radius 100 mil padaketinggian 20.000 ftmasihdilayaniSingapuradanSingapuramembayarbiayanavigasiudarakesalahsatu BUMN.

ü  LangkahOperasional
-          MenyiapkanfasilitasnavigasipenerbangansepertiPSRdan SSR Tanjung Pinang, PSR, SSR Natuna, ER-VHF air-ground and VSAT to transport data from all facilities
-          Mempertimbangkanpengguajasanavigasipenerbanganbaikpenerbangannasionalmaupunasing
-          Forum internasionalterutamanegara-negarablok Commonwealth pastimendukungSingapurakarenamerekasepakatsalingmembantu, khususnya Malaysia dalambeberapahalmemihakSingapura.

ü  KeuntunganMengambil FIR Natuna
Melindungi WNI termasukhartabendamereka; hargadiribangsa Indonesia sebagainegaraberdaulat; sebagaisumberdevisanegara; sebagaisarana bargaining power dengannegara lain; peran Indonesia diperhitungkandalam forum internasional; merupakansalahsatufaktorkontribusiterhadap ICAO dalamrangkamasukmenjadianggota ICAO Council

ü  Kesimpulan
-          Secarayuridis Indonesia mempunyadasarhukum yang kuatuntukmengamblalihwilayah FIR diatasPulauNatuna
-          Zona A masihdiawasiSingapuradalamimbaljasa, tetapimasihdengancatatan, apabila Indonesia dapatmembuktikanwilayahnya
-          Malaysia adaindikasitetapmendukungSingapura FIR diatasPulauNatuna
-          Dalamrangkapengambilalihan FIR perlumempertimbangkanperannegara-negara Commonwealth danparapenggunajasapenerbangan

 


3.AspekHukumInternasionalatasPelayananNavigasiPenerbangan / Flight Information Region
Oleh : Dr. AgusPramono, S.H., M.Hum
                Berdasarkanpembagian FIR sesuaidenganketentuaj ICAO dan agreement yang dibuatantarapemerintah Indonesia danSingapura, makapengaturankeselamatanpenerbangannyadilakukanoleh ATC Singapura.Kewenangan yang dimilikioleh ATC Singapuramenyebabkansegalaaktifitaspenerbangan yang berada di FIR SingapuraharusberadadibawahotoritasSingapura, termasukjugapesawatudarasipildanpesawatudaranegara yang berasaldari Indonesia.
                DalamPasal 262 ayat (1) huruf (a) danUndang-Undang No.1 Tahun 2009 tentangpenerbangan.Indonesia dapatmendelegasikanpemanduanlalulintasudaratsbkepadaSingapura.PendelegasiantsbtidakmengurangikedaulatannegaraRepublik Indonesia.Dalamhal Indonesia telahmampu, makapendelegasiantsbdapatdiambilkembaliolehIndonesia.Selainpendelegasian FIR kepadaSingapura, Indonesia jugamemberikanhakkomunikasidilautdanudarakepada Malaysia yang menghubungkan Malaysia Barat dan Malaysia Timur yang merupakankawasan yang masuk FIR Singapura.
Beberapahalpokok yang terdapatdalamperjanjian yang ditanda-tanganipadaTahun 1995 dandiperkuatolehKepres No.07/1996 TentangPengesahanAgreement between the Government of The Republic of Indonesia and the Government of the Republic of Singapore on the Realignmnet of the Boundary between the Singapore Flight Information Region and the Jakarta Flight Information Region adalah :
a.       Indonesia mendelegasikantanggungjawabpemberianpelayanannavigasipenerbangan di wilayahAkepadaSingapuradaripermukaanlautsampaiketinggian 37.000 feet.
b.       Indonesia mendelegasikantanggungjawabpemberianpelayanannavigasipenerbangandiwilayahsektor B kepadaSingapuradaripermukaanlautsampaidenganketinggiantakterhingga (unlimited height).
c.        Sektor C tidaktermasukdalamperjanjian
Beberapaimplikasiataspendelegasianwilayahudarakepulauan  RiaudanNatunakepada FIR Singapuradapatdisampaikan (JurnalUniversitasPertahanan, 2010: 64) Sebagaiberikut:
1.       Impikasidibidangpolitik
Sebagainegaraterbesar di Asia Tenggara, seharusnya Indonesia memegangperanpentingdalampengaturannavigasipenerbangan ,akantetapimalahsebaliknya, Indonesia belumbisaberdaulatpenuhdidalamwilayahsendiri.
2.       Implikasidibidangekonomi
PerjanjianPenyelarasanUlangGaris Batas Tahun 1995 yang menjadidasarhukumpendelegasianini.Pasal 16 mengaturbahwaPemerintahSingapuraatasnamapemerintah Indonesia akanmemungutjasapelayanannavigasipenerbanganatau Route Atr Navigation Service (RANS) Charges ataspenerbangansipildiwilayahudara yang didelegasikankepadaSingapura, khususnyakepadasektor A yang merupakansalahsatujalurtranportasitersibukdidunia.
3.       Implikasidalambidangpertahanankeamanannegara
Dampakstrategipenggunaankekuatanudara, makapengendalianataucontrol terhadapruangudarasangatmutlakdiperlukanuntukmemberikeleluasanpadasuatutindakanofensif. Selainitujugaakanmemberikankemudahanuntukpergerakankekuatandidaratdanpergerakandilaut.Karakteristikkeunggulankekuatanudarasepertiberuparesikodaripenguasaan ATC adalahsangatbesarkarenaancaman yang dihadapiadadidepanmata.

Simpulan
1.       FIR padaprinsipnyamerupakanbagian yang tidakterpisahkandenganhakekatkedaulatanwilayahudaradalammasing-masingnegara
2.       Pengelolaan FIR yang merupakanbagiankedaulatanwilayahudara NKRI diataskepulauan Riau danNatunaolegSingapuramemilikidasarlegalitas.

No comments:

Post a Comment