Hukum Udara & RuangAngkasa
Resume
Seminar Nasional
Pelayanan Navigasi Penerbangan
/ Flight Information Region (FIR) Di Ruang Udara Wilayah Negara Berdaulat
1.
AspekKebijakanPemerintahtentangPelayananNavigasiPenerbangan
/ Flight Information Region (FIR)
Oleh Ir.
Santoso Eddy Wibowo( SekretarisJenderalPerhubungan)
A. Pendahuluan
FIR (Flight Information Region) adalahsuaturuangudara yang
ditetapkandimensinya, dimanadidalamnyadiberikan Flight Information Service
danAlerting Service. Batas FIR diajukanpadapertemuan Regional Air Navigation
untukkemudianditetapkanoleh ICAO.
Batas FIR tidakselalusamadenganbatas territorial suatunegara.
Luas FIR Indonesia : 2.219.629 NM² &LuasTeritori Indonesia :
1.476.039 NM²
B. Kronologis
-
RAN I Tahun 1973 di Honohulu
RuangudaradiataskepulauanNatunadan Riau
ruangudaradiataskepulauanNatunadibagimenjadi 3 sektoryaknisektor :
·
Sektor A dilayaniolehSingapura
·
Sektor B dilayanioleh :
- Singapura (Ketinggiandiatas 20.000 kaki)
- Malaysia ( Ketinggiandibawah 20.000 kaki)
o
Sektor C dilayaniolehSingapura
-
RAN II Tahun 1983 di Singapura
Indonesia berupayamengubahposisihasilkesepakatan
RAN I tetapibelumberhasil
-
RAN Tahun 1993 III di Bangkok
Indonesia mengajukan proposal
tentangpengembanganpelayanannavigasipenerbangandiataskepulauanNatuna (TMA
Natuna) melalui working paper No.55
C. Permasalahan
-
PatroliPenegakanHukum : TNI AL
harusmendapatijindariSingapura agar dapatmelintasi/berlayardidalam area yang
didelegasikankepadaSingapura.
-
Air Traffic Control Clearance : Pesawat
(Sipil,militer) yang akanmelaluiruangudaratersebutharusmendapat clearance dari
ATC Singapura
D. TindakLanjutPemerintah RI
-
DenganPihakSingapura :
o
Mengkajiulang LOA antarapemerintah Indonesia
danSingapuratentangpengelolaanruangudaradiataskepulauanNatuna.
o
Menindaklanjutikesepakatan data
batasanterluarwilayahsektor B, disesuaikandengan PP RI No.37 Tahun 2008
TentangDaftarKoordinatGeografisTitik-TitikGarisPangkalKepulauan Indonesia.
o
Menambah Batas Ketinggiandiatas Aerodrome Traffic
Zone Batam
o
Menataulangpengelolaanwilayahruangudarasektor A, B,
C
o
Penempatanpersonil ATC Indonesia di ACC Singapore
sertapenempatanpersonil management di CAA Singapore
o
Pengembanganruangudara Approach Control Service
olehTanjung Pinang disekitarNatuna
-
DenganPihak Malaysia
o
Mengusulkan alternative untukpembahasanselanjutnya,
antara lain :
o
Indonesia mengelolaruangudara area sektor B
secarakeseluruhanatausebagian
o
Indonesia
memberikankebebasanpembayaranjasapelayanannavigasipenerbanganbagipesawatterbang
Malaysia
o
Pembahasandankesepakatanbatas-batasnegara RI
denganSingapuradan Filipina telahselesai, namundengan Malaysia belumselesai.
o
Pembuatankoridorudarauntukmengakomodirhaklintasbagipesawatudara
Malaysia.
E. TinjauanHukum
-
Undang-Undang No.1 Tahun 2009 tentangPenerbangan,
Pasal 498.
-
Undang-Undang No.1 Tahun 1983
tentangPengesahanPerjanjianAntaraRepublik Indonesia dann Malaysia
TentangRejimHukum Negara Nusantara danHak-Hak Malaysia Di LautTeritorial Dan
Perairan Nusantara Serta RuangUdaraDiatasLautTeritorial, Perairan Nusantara Dan
Wilayah Republik Indonesia Yang Terletak Di Antara Malaysia Timurdan Malaysia
Barat
-
PP No. 37 Tahun 2008 TentangPerubahanAtas PP o. 38
Tahun 2002 TentangDaftarKoordinatGeografisTitik-TitikGarisPangkalKepulauan
Indonesia
-
ICAO Annex 11 Air Traffic Services
2.
AspekKelayakandanTeknisOperasionalPelayananNavigasiPenerbanganDiatasPulauNatuna
Oleh :
Prof. Dr. H. K Martono SH LLM McSc
o
DasarHukumPengambilanalih FIR diatasPulauNatuna
Indonesia berhakmengambilalihpengawasan FIR di
atasPulauNatunaberdasarkan :
A. Pasal 1,2, dan 28 Konvensi Chicago Tahun 1944
B. RekomendasidalamPasal 1.1 Annex Konvensi Chicago 1944
C. Pasal 4 dan 22 UU RI No.15 tahun 1992
D. UU RI No. 1 Tahun 2009
E. Pasal 2 UNCLOS yang telahdiratifikasioleh Indonesia berdasarlan UU RI
No. 17 Tahun 1985
F. Pasal 3 UNCLOS
G. UU NO.1 Tahun 2009
Indonesia
berhakmengambilkembali FIR diataspulauNatuna
o
KronologiPengambilAlihan FIR
1. Penerbang TNI-AU argumentasidengan ATC Singapura
2. Pejabat TNI-AU perintahkanambilalih,
karenaterbangdiwilayahsendiridiawasinegara lain
3. Langkah-langkahdimulaiJuli 1992, Mei 1993 disampaikan di RAN Meeting di
Bangkok
Keputusannya, agar diselesaikansecara bilateral,
kemudiandilaporkankepada RAN meeting berikutnya.
ü LangkahDiplomatik
-
Indonesia mengirim DELRI ke Asia Pasific Third RAN
Meeting di Bangkok bulan Mei 1993
Keputusannya agar diselesaikansecara bilateral
danndilaporkanpada RAN Meeting berikutnya
-
Padatataranoperasional, Indonesia
maupunSingapurasalingmengunjungi.
ü LangkahTeknis
-
Indonesia
telahmenyiapkanperangkatkerasuntukmelayani FIR seperti PSR dan SSR di Tanjung
Pinang, PSR (long range di Pontianak), SSR di Natuna, ER-VHF air ground and
VSAT to transport data from all facilities.
Kemudiansecaraberturut-turutdilakukanpembahasanpadabulanDesember 1993
danberakhirbulanFebruari 1994.
-
Kesepakatam FIR Zona A radius 100 mil
padaketinggian 20.000
ftmasihdilayaniSingapuradanSingapuramembayarbiayanavigasiudarakesalahsatu BUMN.
ü LangkahOperasional
-
MenyiapkanfasilitasnavigasipenerbangansepertiPSRdan
SSR Tanjung Pinang, PSR, SSR Natuna, ER-VHF air-ground and VSAT to transport
data from all facilities
-
Mempertimbangkanpengguajasanavigasipenerbanganbaikpenerbangannasionalmaupunasing
-
Forum internasionalterutamanegara-negarablok
Commonwealth pastimendukungSingapurakarenamerekasepakatsalingmembantu,
khususnya Malaysia dalambeberapahalmemihakSingapura.
ü KeuntunganMengambil FIR Natuna
Melindungi WNI termasukhartabendamereka;
hargadiribangsa Indonesia sebagainegaraberdaulat; sebagaisumberdevisanegara; sebagaisarana
bargaining power dengannegara lain; peran Indonesia diperhitungkandalam forum
internasional; merupakansalahsatufaktorkontribusiterhadap ICAO
dalamrangkamasukmenjadianggota ICAO Council
ü Kesimpulan
-
Secarayuridis Indonesia mempunyadasarhukum yang
kuatuntukmengamblalihwilayah FIR diatasPulauNatuna
-
Zona A masihdiawasiSingapuradalamimbaljasa,
tetapimasihdengancatatan, apabila Indonesia dapatmembuktikanwilayahnya
-
Malaysia adaindikasitetapmendukungSingapura FIR
diatasPulauNatuna
-
Dalamrangkapengambilalihan FIR
perlumempertimbangkanperannegara-negara Commonwealth
danparapenggunajasapenerbangan
3.AspekHukumInternasionalatasPelayananNavigasiPenerbangan / Flight
Information Region
Oleh : Dr. AgusPramono, S.H., M.Hum
Berdasarkanpembagian FIR sesuaidenganketentuaj
ICAO dan agreement yang dibuatantarapemerintah Indonesia danSingapura,
makapengaturankeselamatanpenerbangannyadilakukanoleh ATC Singapura.Kewenangan
yang dimilikioleh ATC Singapuramenyebabkansegalaaktifitaspenerbangan yang
berada di FIR SingapuraharusberadadibawahotoritasSingapura,
termasukjugapesawatudarasipildanpesawatudaranegara yang berasaldari Indonesia.
DalamPasal 262 ayat (1) huruf
(a) danUndang-Undang No.1 Tahun 2009 tentangpenerbangan.Indonesia
dapatmendelegasikanpemanduanlalulintasudaratsbkepadaSingapura.PendelegasiantsbtidakmengurangikedaulatannegaraRepublik
Indonesia.Dalamhal Indonesia telahmampu,
makapendelegasiantsbdapatdiambilkembaliolehIndonesia.Selainpendelegasian FIR
kepadaSingapura, Indonesia jugamemberikanhakkomunikasidilautdanudarakepada
Malaysia yang menghubungkan Malaysia Barat dan Malaysia Timur yang
merupakankawasan yang masuk FIR Singapura.
Beberapahalpokok yang terdapatdalamperjanjian yang
ditanda-tanganipadaTahun 1995 dandiperkuatolehKepres No.07/1996 TentangPengesahanAgreement between the Government of The
Republic of Indonesia and the Government of the Republic of Singapore on the
Realignmnet of the Boundary between the Singapore Flight Information Region and
the Jakarta Flight Information Region adalah :
a. Indonesia
mendelegasikantanggungjawabpemberianpelayanannavigasipenerbangan di
wilayahAkepadaSingapuradaripermukaanlautsampaiketinggian 37.000 feet.
b. Indonesia
mendelegasikantanggungjawabpemberianpelayanannavigasipenerbangandiwilayahsektor
B kepadaSingapuradaripermukaanlautsampaidenganketinggiantakterhingga (unlimited height).
c.
Sektor C tidaktermasukdalamperjanjian
Beberapaimplikasiataspendelegasianwilayahudarakepulauan RiaudanNatunakepada FIR
Singapuradapatdisampaikan (JurnalUniversitasPertahanan, 2010: 64) Sebagaiberikut:
1. Impikasidibidangpolitik
Sebagainegaraterbesar
di Asia Tenggara, seharusnya Indonesia
memegangperanpentingdalampengaturannavigasipenerbangan
,akantetapimalahsebaliknya, Indonesia
belumbisaberdaulatpenuhdidalamwilayahsendiri.
2. Implikasidibidangekonomi
PerjanjianPenyelarasanUlangGaris
Batas Tahun 1995 yang menjadidasarhukumpendelegasianini.Pasal 16
mengaturbahwaPemerintahSingapuraatasnamapemerintah Indonesia
akanmemungutjasapelayanannavigasipenerbanganatau Route Atr Navigation Service
(RANS) Charges ataspenerbangansipildiwilayahudara yang
didelegasikankepadaSingapura, khususnyakepadasektor A yang
merupakansalahsatujalurtranportasitersibukdidunia.
3. Implikasidalambidangpertahanankeamanannegara
Dampakstrategipenggunaankekuatanudara,
makapengendalianataucontrol terhadapruangudarasangatmutlakdiperlukanuntukmemberikeleluasanpadasuatutindakanofensif.
Selainitujugaakanmemberikankemudahanuntukpergerakankekuatandidaratdanpergerakandilaut.Karakteristikkeunggulankekuatanudarasepertiberuparesikodaripenguasaan
ATC adalahsangatbesarkarenaancaman yang dihadapiadadidepanmata.
Simpulan
1. FIR padaprinsipnyamerupakanbagian yang
tidakterpisahkandenganhakekatkedaulatanwilayahudaradalammasing-masingnegara
2. Pengelolaan FIR yang merupakanbagiankedaulatanwilayahudara NKRI diataskepulauan
Riau danNatunaolegSingapuramemilikidasarlegalitas.
No comments:
Post a Comment